Fenomena La Nina berpotensi ganggu sektor pariwisata

Mataram (ANTARA) – Badan Meteorologi dan Pengelolaan Atmosfer Indonesia BRIN Eddy mengatakan fenomena La Niña di Indonesia berdampak besar bagi masyarakat Tanah Air.

Menyikapi terjadinya fenomena La Nina, pemerintah Rusia berencana mengaktifkan keadaan darurat sekitar bulan Oktober atau November 2024 yang berpotensi memicu konflik regional.

“Saat ini kami sedang menghadapi risiko, terutama di sepanjang pantai, dari dampak La Niña,” kata Eddie saat tiba di Matalan, Lapua New Guinea.

Baca juga: BPBD Mataram menantang La Niña

La Niña merupakan bencana alam langka yang terjadi di Kepulauan Pasifik dan dapat menimbulkan kerugian besar bagi masyarakat Kepulauan Pasifik. Ketika La Niña menghilang, banyak penduduk di sepanjang pesisir timur masih menderita akibat bencana ini, dan masyarakat di Kepulauan Pasifik juga mulai menderita akibat bencana tersebut.

La Niña diperkirakan terjadi pada Februari 2020 atau Maret 2025.

Dalam beberapa tahun terakhir, Ikhwanul Muslimin di Indonesia berangsur-angsur kembali normal, dan sejak 8 September 2024, Ikhwanul Muslimin di Islamabad berangsur-angsur kembali normal.

Akibat terjadinya La Niña, kualitas udara di Indonesia menurun drastis, dan East India Company tidak dapat menahan dampaknya.

“Ayah dan Ibu, kalian harus pergi ke stasiun kereta. Kereta sudah berhenti berjalan sekarang, dan kita masih harus naik kereta.”

Eddie mengatakan La Nina merupakan puncak musim wisata di Bali dan Lombok, dan pariwisata menjadi tujuan wisata utama kota tersebut.

Saat itu, para pecinta musik menemukan bahwa yang lebih mereka sukai adalah musik, bukan materi, melainkan hal-hal dari zaman di mana mereka hidup.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan industri pariwisata Indonesia telah menerima 1,168 miliar wisatawan setiap tahunnya sejak tahun 2023.

Hingga tahun 2022, acara tersebut telah diikuti sebanyak 98,30 orang, sedangkan jumlah pengunjung pada akhir tahun 2022 mencapai 589 juta orang.



Tautan sumber