Pengamat menyerukan penolakan dinasti politik pada Pilkada 2024

jakarta – Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Polmark Indonesia Eep Saefulloh Fatah mengutarakan pandangannya terhadap dinasti politik demokratis.

Ia menegaskan, topik ini sangat penting karena berkaitan erat dengan prinsip dasar demokrasi.

Dinasti Politik dan Demokrasi

Epp menjelaskan, dinasti politik tidak mendapat tempat dalam demokrasi. Ia percaya bahwa konsep dinasti dan demokrasi saling bertentangan dan tidak dapat digabungkan.

“Pertarungan antara dinasti dan demokrasi bukanlah tentang dinasti dalam demokrasi karena yang disebut dinasti itu korup dalam arti tertentu dan sebenarnya dinasti yang kita kenal sebenarnya tidak memiliki tempat dalam demokrasi,” kata Eep di YouTube Keep Talking (dikutip di Rabu). (7 Maret 2024).

Sebagai contoh, Eep menyebut keluarga Kennedy di Amerika Serikat. Meskipun banyak anggota yang menduduki posisi penting, mereka tetap harus mematuhi prinsip-prinsip demokrasi seperti persaingan yang sehat dan partisipasi yang luas.

Baca juga: Mengukur dinasti politik pada Pilkada 2024

Kritik terhadap dinasti politik Indonesia

Epp mengkritik praktik dinasti politik Indonesia, khususnya Presiden Joko Widodo. Ia berpendapat bahwa dinasti yang memenangkan pertarungan politik demi anggota keluarga bertentangan dengan prinsip demokrasi. Demokrasi dirugikan ketika mudah bagi anggota keluarga untuk menjadi kandidat dan memenangkan pemilu.

Makanya saya menentang dinasti Jokowi. Karena dinasti Jokowi ingin berlandaskan oposisi demokrasi, di mana anggota keluarga membantu anggota keluarga lainnya agar lebih mudah mencalonkan diri dan menang, ”ujarnya.

Ia menambahkan, praktik dinasti yang meminta Ketua Mahkamah Konstitusi atau Ketua Mahkamah Agung membantu anak dan keponakannya menjadi calon merupakan bentuk penyalahgunaan kekuasaan yang melemahkan demokrasi.

Dampak negatif dinasti politik

Dinasti politik membatasi kesempatan bagi mereka yang berada di luar kelompok atau keluarga tertentu. Hal ini melemahkan prinsip dasar demokrasi, yaitu persamaan kesempatan bagi semua orang.

Selain itu, dinasti politik sering kali disertai dengan penyalahgunaan kekuasaan, dimana pejabat publik lebih mengutamakan kepentingan keluarga dibandingkan kepentingan publik.

Tautan sumber